Ecommerce Development Bandung – Berbelanja lewat e-commerce mungkin sudah jadi bagian keseharian Anda, tapi tahukah Anda apa itu e-commerce? Apa bedanya dengan e-business dan marketplace? Dan apa bedanya website e-commerce satu dengan lainnya?

 

Jika Anda memiliki bisnis dan sedang mencari cara untuk memasarkan produk Anda ke pasar yang lebih luas lagi, mungkin Anda harus mulai mempertimbangkan dan mulaimencari salah satu Ecommerce Development Bandung. Perkembangan teknologi, yang diikuti oleh perkembangan gadget elektronik, telah mengubah pola belanja masyarakat dari membeli langsung ke toko fisik menjadi secara online melalui internet. Sebagian besar orang bahkan mengunjungi toko fisik hanya untuk melihat dan mencoba kondisi barang, sebelum akhirnya membeli produk melalui jalur e-commerce.

 

Apa Itu E-commerce?

E-commerce atau electronic commerce, pada dasarnya adalah kegiatan menjual dan membeli produk secara online melalui internet. Secara istilah, e-commerce bisa berarti online retail yang menjual banyak jenis produk, atau sesederhana transaksi yang dilakukan secara elektronik, baik itu melalui website maupun software aplikasi.

Berbeda dengan e-business yang mencakup keseluruhan proses dalam mengelola bisnis online, termasuk SEO, email marketing, sales promotion, stock control, dll; e-commerce hanya mencakup transaksi barang dan jasa antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara online.

 

Related article: E-Commerce the Future of Shopping.

 

Perkembangan E-Commerce

Sebelum menjadi populer seperti sekarang, e-commerce memiliki sejarah yang panjang. Awal mula e-commerce dimulai pada tanggal 11 Agustus 1994, saat NetMarket menjual Ten Summoner’s Tale, CD grup band Sting pada Phil Brandenberger dengan kartu kredit melalui internet. Menurut The New York Times, traksaksi ini adalah, “…transaksi retail pertama melalui internet dengan versi available dari software enkripsi data yang powerful dan didesain untuk menjamin keamanan.”

Di Indonesia sendiri, menurut insight dari Google dan Tamasek, ada 35 juta pengguna yang bertransaksi secara online di tahun 2017. Jumlah ini diprediksi akan mencapai angka 119 juta pengguna, dengan nilai yang dihasilkan dari transaksi meningkat sebesar 4x lipat di tahun 2025.

Laporan dari McKinsey yang berjudul “The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economy” memaparkan lima faktor yang mendukung melesatnya perkembangan e-commerce di Indonesia, yaitu:

 

1- Meningkatnya jumlah pengguna smartphone;

 

2- Konsumen muda yang aware akan perkembangan teknologi digital;

 

3- Meningkatnya partisipasi UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di pasar online;

 

4- Pertumbuhan investasi e-commerce;

 

5- Kebijakan pemerintah Indonesia yang mendukung pasar e-commerce.

 

Dari insight di atas, dapat kita lihat bahwa e-commerce adalah bisnis yang cukup menjanjikan di masa depan. Banyak bisnis mulai melakukan ekspansi dengan memasarkan produk mereka secara online. Sayangnya, pertumbuhan ini tidak diiringi dengan pemahaman masyarakat akan e-commerce itu sendiri. Banyak orang masih menganggap semua e-commerce adalah B2C (Business to Customer), padahal, dilihat dari jenis transaksinya, e-commerce dibagi ke dalam beberapa jenis:

 

Jenis-Jenis E-Commerce

e-commerce

B2C (Business-to-Customer)

Jenis yang paling umum. Bisnis yang menjual barang dan jasa langsung ke customer. Menurut trendingbisnis, e-commerce jenis ini memiliki berbagai macam bentuk, di antaranya:

 

Mainstream platform yaitu perusahaan yang menjual berbagai macam kategori barang dan jasa langsung pada customer. E-commerce hanya bertindak sebagai platform yang menjembatani pemilik bisnis dan customer. Di Indonesia sendiri, contohnya adalah Blibli, Lazada, Matahari Mall, JD.id, dan Elevenia.

 

Etalier adalah bentuk e-commerce di mana perusahaan, yang sebelumnya hadir secara fisik sebagai perusahaan retail, menjual langsung produknya secara online. Contohnya MAP Emall, Electronic City, Transmart Carrefour, dll.

 

Daily Deals menjual produk atau jasa dalam bentuk tawaran kupon atau voucher, seperti Groupon, Lakupon, Evoucher, dll.

 

Verticals adalah perusahaan e-commerce yang menjual produk atau jasa yang memiliki kategori khusus. Contohnya, Zalora, HIJUP, dan Pomelo untuk kategori fesyen; Sociolla untuk kategori beauty; Fabelio dan Ruparupa untuk kategori Home & Living; Bhinneka untuk kategori elektronik; dan Traveloka, Tiket.com, serta bobobobo untuk kategori Lifestyle & Travel.

 

B2B (Business-to-Business)

Jenis e-commerce yang mungkin tidak sepopuler B2C e-commerce. Sebuah e-commerce dapat dikategorikan B2B jika pihak e-commerce sebagai bisnis, menjual produk dan jasa mereka pada klien yang merupakan bisnis atau organisasi. Misalnya, sebuah perusahaan material konstruksi yang menjual produk mereka pada arsitek dan kontraktor. Di Indonesia sendiri ada Ralali, B2B e-commerce yang menjual produk dalam berbagai macam kategori secara grosir.

 

C2C (Customer-to-Customer)

Anda mungkin sering sekali berbelanja di jenis e-commerce ini, tapi tidak tahu perbedaannya dengan e-commerce B2C. Di jenis e-commerce ini, alih-alih pemilik bisnis, individual atau customer juga bisa menjual barang mereka ke customer lain. Contoh yang paling sesuai: eBay, di mana pelanggan bisa menjual barang bekas mereka ke sesama pelanggan. Di Indonesia sendiri, banyak e-commerce memperbolehkan penggunanya membuka lapak dan menjual barang tanpa memerlukan kurasi dan dokumen yang membuktikan mereka sebagai pemilik bisnis. Pengguna bisa menjual dan membeli barang menggunakan satu akun yang sama.

 

Beberapa bentuk dari e-commerce C2C:

 

Marketplace adalah bentuk e-commerce di mana konsumen yang ingin menjual dan membeli produk difasilitasi untuk bertransaksi. Dalam hal ini, perusahaan e-commerce bertindak mengamankan keseluruhan traksaksi dari mulai pemesanan, pembayaran, hingga pengiriman. Contoh marketplace besar di Indonesia: Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee.

 

Related article: Online Marketplace: the Game Changer in the Business.

 

Classified, berbeda dengan marketplace, hanya memfasilitasi pertemuan antara konsumen yang hendak menjual dan membeli. Penjual mengiklankan produknya di e-commerce, pembeli bisa mencari produk yang diinginkan, namun transaksi dilakukan tanpa campur tangan perusahaan e-commerce. Contoh dari bentuk e-commerce ini adalah Rumah123, UrbanIndo, dan OLX.

 

C2B (Customer to Business)

Jenis e-commerce ini mungkin paling jarang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Di model e-commerce ini, customer lah yang menawarkan produk atau jasa (biasanya jasa) untuk bisnis dan organisasi. Contoh dari jenis e-commerce C2B di Indonesia adalah Sribulancer di mana customer atau individu menawarkan jasa mereka pada pemilik bisnis.

 

Kelebihan dan Kekurangan E-Commerce

Apa yang membuat Anda lebih memilih untuk berbelanja secara online? Pasti ada kelebihan dari e-commerce yang Anda rasakan, yang mungkin juga menjadi alasan popularitas e-commerce meningkat pesat di Indonesia. Sebagai pemilik bisnis, ada banyak kelebihan dari e-commerce yang bisa Anda manfaatkan untuk mengembangkan usaha Anda.

 

Kelebihan

Exposure yang lebih luas = lebih banyak konsumen

Sebanyak apa pun toko fisik yang Anda miliki, tidak akan bisa menyamai exposure yang diberikan oleh e-commerce. Memasarkan barang Anda secara online, berarti menjadikan semua orang yang memiliki akses internet sebagai pelanggan potensial. Tidak hanya menjangkau pelosok Indonesia, tapi juga internet user di luar negeri.

Exposure yang lebih luas, berarti lebih banyak konsumen yang bisa Anda dapatkan; apalagi jika Anda memfasilitasi konsumen-konsumen luar negeri dengan kemudahan dalam segi pembayaran dan pengiriman. Beberapa e-commerce yang melayani pengiriman ke seluruh dunia seperti Book Depository, misalnya, bahkan menyediakan fitur gratis ongkos kirim tanpa syarat ke seluruh dunia.

open-24-hours

– Tidak Ada Jadwal = Pemasukan 24/7

Dengan menggunakan Jasa Ecommerce Development Bandung anda tidak membutuhkan jadwal operasional toko. Customer bisa melihat dan membeli barang kapan pun, bahkan di waktu-waktu toko fisik biasanya tutup. Dengan fleksibilitas ini, Anda bisa mendapat pemasukan tanpa terbatas waktu operasional toko. 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

 

– Biaya Pembuatan Awal dan Maintaining yang Rendah

Sudah bukan rahasia lagi bahwa membangun sebuah toko membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Menyewa atau membeli tanah dan bangunan, membangun atau merenovasi toko, dan maintaining harian toko tentu akan membebani keuangan Anda. Ditambah lagi, semakin strategis lokasi yang dipilih, biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal.

Dengan e-commerce, Anda bisa mulai dengan modal sesedikit mungkin. Bahkan tanpa modal sekali pun. Anda bisa mencoba berjualan di online marketplace dengan sistem dropship. Lalu, setelah usaha berjalan dan modal terkumpul, Anda bisa mengembangkannya dengan membuat website Anda sendiri.

 

– Margin Profit yang Lebih Besar

Dengan harga jual yang sama, biaya operasional e-commerce yang lebih kecil dari toko fisik berarti bertambahnya margin profit yang akan Anda dapatkan. Sekalipun harga jual diturunkan, profit yang Anda dapatkan akan tetap lebih besar. Semakin besar margin, maka semakin banyak Anda melakukan penjualan, semakin besar pula pemasukan yang akan Anda dapatkan.

 

– Tidak Perlu Banyak Pegawai

Salah satu kelebihan e-commerce adalah Anda tidak perlu merekrut banyak pegawai. Saat memulai bisnis, Anda bahkan bisa mengerjakan semuanya sendiri. Saat bisnis Anda sudah berkembang dan skala penjualan mengharuskan Anda merekrut pegawai, dengan sistem transaksi otomatis yang ditawarkan e-commerce, jumlah pegawai yang Anda butuhkan tidak akan sebanyak jika Anda membuka toko retail fisik.

 

– Lebih Mudah Mendapatkan Data Pelanggan

Saat berbelanja secara online, pelanggan akan secara otomatis memasukkan data pribadi mereka. Data ini bisa manfaatkan untuk strategi marketing, meningkatkan kualitas layanan dan hubungan dengan pelanggan, dan, pada akhirnya, meningkatkan penjualan.

 

Tantangan

Dengan semua kelebihan di atas, bisnis e-commerce bukannya tanpa kekurangan. Hanya saja, dibanding kekurangan, hal-hal di bawah ini mungkin lebih tepat disebut tantangan bagi pemilik bisnis.

mark-zamora-1359876-unsplash

– Pelanggan Tidak Bisa Melihat Produk Sebelum Membeli

Salah satu tantangan utama bagi bisnis e-commerce adalah menyediakan informasi produk yang jelas bagi pelanggan. Padahal pelanggan perlu diyakinkan mengenai produk yang akan dibelinya. Terkadang, faktor utama yang membuat sebagian orang tidak jadi berbelanja secara online adalah keraguan apakah produk akan cocok saat mereka pakai? Apakah ukurannya sudah sesuai? Dst.

Untungnya, beberapa teknologi yang sudah berkembang sekarang ini, seperti virtual dan augmented reality, memungkinkan pelanggan untuk ‘mencoba’ barang sebelum membeli. Terutama produk-produk seperti pakaian, kosmetik, dan interior. Untuk mengatasi kebingungan pelanggan akan detail dan kondisi barang, penjual bisa menambahkan foto, video, dan detail sejelas mungkin dari produk.

 

Baca juga: 5 Teknologi E-Commerce yang Harus Diantisipasi Retailer.

 

Persaingan yang Tinggi

Salah satu kelebihan yang menjadi tantangan. Karena mudahnya ‘membuka lapak’ dalam bisnis e-commerce, banyak toko dengan produk serupa bermunculan, dan akibatnya, persaingan antar penjual menjadi sangat tinggi. Solusinya, selain membangun kepercayaan dengan customer, Anda juga harus mengkustomisasi toko Anda agar ‘berbeda’ dari toko sejenis lain. Baik itu melalui branding maupun pelayanan dan dikustomisasi sesuai karakteristik pelanggan.

 

Related Article: How to Step Up Your Online Store Game by Building a Website.

 

– Isu Keamanan

Sebagai platform yang menjembatani transaksi antara penjual dan pembeli tanpa perlu bertatap muka, isu utama yang muncul dari bisnis e-commerce adalah keamanan, terutama dalam proses pembayaran dan pengiriman barang. Untuk mengatasinya, sebagian marketplace kini sudah menyeleksi dengan ketat dan menandai penjual-penjual yang terpercaya sehingga pembeli memiliki ‘jaminan’ bahwa transaksi akan berjalan dengan mulus atau penjual akan kehilangan statusnya sebagai penjual terpercaya.

 

– Bergantung pada Akses Internet, Sehingga Toko Tidak Bisa Diakses Saat Internet Down

E-commerce yang juga dikenal sebagai Internet Commerce, bergantung pada akses internet untuk menjalankan bisnis. Tantangan ini, selain tidak bisa menjangkau pembeli yang tidak memiliki akses pada internet, juga beresiko tidak bisa melakukan transaksi saat internet down atau website crash. Jika Anda membuka toko Anda di salah satu marketplace, masalah teknis yang dialami oleh marketplace juga akan menjadi masalah Anda.

Karena itulah sangat penting untuk memastikan bahwa toko dan website Anda berada di platform yang tepat. Jika Anda ingin atau sudah mempunyai website sendiri, penting pula untuk memastikan bahwa website Anda menggunakan teknologi yang tepat. Berkonsultasilah dengan software house terpercaya untuk mengetahuinya.

 

Related Article: What Makes a Good Online Store Website: 10 Most Used Programming Languages for Website Development.

 

Contact us:

Telp : (+62 22) 6614726

Email : info@bts.id