Software Development

Agile Methodology

Waterfall Methodology

Advantage

Melihat kebutuhan bisnis saat ini, software house menjadi pihak ketiga yang paling dicari karena mereka mampu menyederhanakan aktivitas bisnis kepada klien, mulai dari pengenalan produk hingga transaksi.
Software house Indonesia menjadi kunci penting dalam kesuksesan bisnis modern, dimana software house menciptakan solusi perangkat lunak inovatif, mengembangkan aplikasi yang relevan dengan kebutuhan pasar, dan membantu bisnis dalam mengoptimalkan proses operasional mereka.
Peran utama software house Indonesia adalah mengembangkan perangkat lunak (software development) sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi klien. Software house Indonesia merancang aplikasi dari awal atau memodifikasi software yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan bisnis klien.

Software development adalah proses kreatif dan juga teknis yang digunakan untuk merancang, membuat, menguji serta memelihara program pada komputer atau aplikasi yang memenuhi kebutuhan pengguna. Proses ini melibatkan banyak langkah dan metode untuk memastikan software yang dihasilkan tidak hanya fungsional, tetapi juga andal, aman dan mudah digunakan.
Software development merupakan salah satu aspek penting dalam industri teknologi informasi (TI), yang merupakan jantung dari inovasi teknologi di berbagai sektor.
Software development secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses pembuatan software dari awal hingga selesai, dimana dalam prosesnya melibatkan perancangan, pengkodean, pengujian dan pemeliharaan aplikasi atau program yang diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan pengguna.
Software development tidak hanya mencakup pembuatan aplikasi desktop saja, tetapi juga mencakup aplikasi mobile, situs web bahkan sistem operasi.
Software development biasanya bekerja sama dalam tim dan menggunakan berbagai alat serta bahasa pemrograman untuk menyelesaikan proyek. Dengan adanya software development, hampir setiap aspek kehidupan manusia saat ini dapat terhubung melalui teknologi, baik itu di berbagai bidang bisnis.

Dalam software development adalah hal umum jika proses pengembangan dilakukan dengan metodologi yang terstruktur. Ada beberapa metodologi populer yang digunakan dalam software development.
Saat memulai proyek software development pemilihan metodologi proyek menjadi krusial, yang sering kali menimbulkan perdebatan, karena melibatkan dua pendekatan populer yang telah dikenal luas, Sebagaimana sulitnya membuat dan memprioritaskan product backlog menentukan metode software development yang akan digunakan juga bukanlah hal yang mudah.
Setiap metodologi berusaha untuk memastikan bahwa software yang dikembangkan sesuai dengan requirement yang dibutuhkan. Setiap metode yang ada memiliki value proposition sendiri dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai dua metodologi software development yang paling populer saat ini.

1.png
  1. Agile Methodology
    Agile methodology merupakan pendekatan yang lebih fleksibel. Pengembangan dilakukan dalam iterasi yang lebih kecil, biasanya disebut sprint yang memungkinkan perubahan atau penyesuaian sepanjang proses pengembangan. Agile cocok untuk proyek yang dinamis dan membutuhkan adaptasi cepat terhadap feedback dari pengguna.
    Agile methodology berfokus pada perencanaan yang adaptif, evolutionary dan improvement yang berkelanjutan melalui respon yang fleksibel terhadap perubahan. Tujuan akhir dari metode ini adalah release yang lebih cepat dengan resiko bugs/issue yang lebih sedikit.
     
  2. Waterfall Methodology
    Waterfall methodology adalah pendekatan tradisional dalam software development, dimana setiap tahapan pengembangan diselesaikan secara berurutan. Setelah satu fase selesai, tim akan pindah ke fase berikutnya tanpa kembali ke fase sebelumnya. Model ini cocok untuk proyek yang sudah memiliki kebutuhan yang jelas dan stabil.
    Waterfall methodology merupakan metode software development yang paling tua yang secara substansi mensimplifikasi proses software engineering ke dalam diagram proses linear dimana penyelesaian dari task sebelumnya sangat penting bagi developer untuk bisa mengerjakan pekerjaan yang lain.

Karakteristik dan Proses Kerja Agile Methodology
Melansir Wrike, Agile methodology adalah sebuah metode manajemen proyek yang berjalan dengan cara membaginya menjadi beberapa fase. Fase-fase tersebut diantaranya adalah penyusunan konsep, inisiasi dan analisis, desain konstruksi dan coding, percobaan dan implementasi.

Pada agile methodology, pekerjaan yang telah terbagi pada masing-masing pemangku jobdesk akan berjalan secara bersamaan, mulai dari proses perencanaan, eksekusi hingga evaluasi.
Sederhananya agile methodology adalah pendekatan pengembangan yang fleksibel dan berulang, fokus pada penyampaian nilai yang cepat dan berkelanjutan. Proses kerjanya melibatkan iterasi pendek (sprint), perencanaan yang berkelanjutan, dan pengujian yang terintegrasi. Karakteristiknya meliputi kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, kolaborasi tim dan penyampaian produk yang berfungsi secara bertahap.

Secara detail berikut karakteristik Agile Methodology:

  • Iterasi dan Incremental
    Pengembangan dilakukan secara bertahap dalam siklus pendek (biasanya 1-4 minggu, disebut sprint) dimana setiap iterasi menghasilkan versi produk yang bisa digunakan.
  • Responsif Terhadap Perubahan
    Perubahan kebutuhan pengguna bisa diakomodasi kapan saja, bahkan di akhir pengembangan.
  • Fokus pada Pengguna
    Kebutuhan dan umpan balik pengguna menjadi acuan utama dalam menentukan prioritas pengembangan.
  • Pengiriman Produk Lebih Cepat
    Agile methodology bertujuan menghasilkan nilai bisnis sejak dini dengan mengirimkan bagian produk lebih awal.
  • Transparansi Proses
    Proses dan progres selalu terlihat dan bisa dipantau oleh semua pihak.
2.png

Proses Kerja Agile Methodology adalah sebagai berikut:

  • Product Backlog
    Daftar semua fitur dan kebutuhan produk dan diprioritaskan oleh product owner.
  • Sprint Planning
    Tim memilih item dari backlog yang akan dikerjakan dalam sprint, kemudian menentukan tujuan sprint (sprint goal).
  • Sprint (Iterasi)
    Masa pengerjaan selama 1-4 minggu, setiap hari dilakukan Daily Stand Up Meeting (rapat harian, max 15 menit)
  • Increment
    Hasil kerja sprint adalah produk yang dapat digunakan (potentially shippable product)
  • Sprint Review
    Tim mendemonstrasikan hasil sprint kepada stakeholder untuk mendapatkan masukan.
  • Sprint Retrospective
    Evaluasi internal tim, apakah berjalan dengan baik, apa yang bisa ditingkatkan di sprint berikutnya.

Berikut adalah beberapa metode Agile yang paling umum digunakan:

  1. Scrum Methodology: Metode agile ini memiliki fokus tentang software development yang kompleks.
  2. Scaled Agile Framework (SAFe): Metode ini hadir khusus untuk perusahaan besar yang ingin memakai metode agile.
  3. Lean Software Development (LSD): Metode agile yang bertujuan untuk mengambangkan software memakai jumlah SDM yang minim.
  4. Kanban: Merupakan metode agile dengan proses dilakukan secara visual sehingga aktivitas flow kerja lebih terpantau. Visual ini disebut Kanban Board berupa papan virtual yang memiliki tiga tahap To Do, In Progress, dan Done.
  5. Extreme Programming (XP): Merupakan metode agile yang memiliki fokus utama pada sisi teknis software development yang menekankan pada praktik-praktik teknis kolaborasi yang intensif dalam tim sehingga dapat menghasilkan software berkualitas tinggi.
  6. Crystal Methodology: Metode yang lebih fokus pada kondisi tim yang bekerja dibandingkan pad tool atau proses. Fokus pada komunikasi tim, interaksi, dokumentasi, dan feedback. Dengan demikian, hasil pengembangan software yang dibuat lebih maksimal.
  7. Dynamic System Development Method (DSDM): Metode yang fokus pada keterlibatan seluruh anggota tim secara berkesinambungan untuk menghadirkan software yang bermanfaat secara nyata bagi dunia bisnis.
  8. Feature Driven Development (FDD): Metode yang berfokus untuk menyelesaikan satu fitur. Mirip dengan Scrum, tetapi setiap iterasinya hanya berdurasi 2-20 hari. Dengan demikian, fitur FDD skalanya lebih spesifik untuk bisa selesai tepat waktu.

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah kelebihan dan tantangan masing-masing metode. Berikut ini adalah kelebihan dan tantangan Agile Methodology:

Kelebihan Agile Methodology:

  1. Fokus pada pengerjaan software, sehingga tidak perlu terlalu khawatir pada dokumentasi, setiap prosesnya bersifat inkremental sehingga meminimalisir resiko selama proses pengembangan.
  2. Berfokus pada keterlibatan klien pada setiap fase. Pendekatan yang adaptif sehingga dapat merespon perubahan requirement dengan sangat cepat dan efisien.
  3. Komunikasi yang berkelanjutan meningkatkan transparansi antar klien dan tim development.
  4. Feedback yang berkesinambungan akan meminimalisir resiko dengan signifikan
  5. Kualitas pengembangan dijamin terawat.

Implementasi Agile methodology tidak hanya melibatkan penerapan proses dan praktik baru, tetapi juga mendorong perubahan budaya dalam bisnis. Termasuk mengubah pola pikir, mendorong kolaborasi, dan merangkul pendekatan yang lebih adaptif dan responsif untuk menghasilkan produk.
Akan ada hambatan dan tantangan ketika perubahan yang diperkenalkan dalam sistem dan dapat menjadi kacau jika tidak ditangani. Implementasi Agile melibatkan transisi dari pendekatan manajemen dan pengembangan proyek yang tradisional dan seringkali kaku (seperti waterfall) ke metode yang lebih iteratif dan bertahap.

Tantangan Agile Methodology:

  1. Kurangnya Pemahaman Agile
    Banyak tim atau perusahaan yang mengira Agile hanya berarti ‘cepat’ atau ‘tanpa dokumentasi’, sehingga tidak memahami prinsip dasar Agile seperti kolaborasi, iterasi, dan adaptasi.
  2. Kurangnya Komitmen Stakeholder
    Stakeholder seringkali tidak terlibat secara aktif dalam sprint review atau memberikan feedback, padahal keterlibatan mereka sangat penting untuk iterasi yang tepat sasaran.
  3. Perubahan Budaya
    Agile menuntut perubahan pola pikir dari top-down menjadi kolaboratif dan desentralisasi. Jika manajemen atau tim belum siap beradaptasi, resistensi akan muncul.
  4. Tim Tidak Cross-Functional
    Agile bekerja paling baik dengan tim lintas fungsi (developer, tester, UI/UX, dll). Jika tim terlalu terkotak atau tergantung pada departemen lain, kecepatan bisa terganggu.
  5. Overload Meeting
    Sprint planning, daily stand up, review, dan retrospective bisa terasa membebani jika tidak dijalankan secara efisien.
  6. Perencanaan yang Lemah
    Beberapa tim terlalu fokus pada fleksibilitas hingga mengabaikan perencanaan awal. Agile tetap butuh roadmap dan estimasi, meski bersifat adaptif.
  7. Kurangnya Dokumentasi
    Agile tidak anti-dokumentasi, tapi banyak tim terlalu longgar sehingga kehilangan jejak keputusan teknis atau kebutuhan bisnis.
3.png

Karakteristik dan Proses Kerja Waterfall Methodology
Waterfall methodology merupakan salah satu metode software development klasik yang sering digunakan dalam manajemen proyek teknologi informasi.
Dinamakan “Waterfall” (air terjun) karena pendekatannya yang terstruktur dan linier, dimana proses pengembangan dimulai dari fase awal bergerak ke fase berikutnya secara berurutan. Model ini dikembangkan oleh Dr. Winston W. Royce pada tahun 1970 dna sejak saat itu telah menjadi salah satu metode paling dikenal dalam software development.

Waterfall methodology memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Urutan Fase yang Jelas: Proses dimulai dari fase kebutuhan, diikuti oleh desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan.
  2. Dokumentasi Detail: Setiap fase memerlukan dokumentasi yang lengkap sebelum melanjutkan ke fase berikutnya.
  3. Pengendalian Perubahan yang Ketat: Perubahan dalam persyaratan atau desain dianggap sulit dan mahal untuk diterapkan setelah fase tertentu selesai.

Proses kerja Waterfall Methodology adalah sebagai berikut:

  1. Kebutuhan (Requirement Analysis): Mengumpulkan dan mendokumentasikan semua kebutuhan sistem yang diperlukan
  2. Desain (System Design): Merancang arsitektur, dan spesifikasi sistem berdasarkan kebutuhan yang telah dikumpulkan.
  3. Implementasi: Mengembangkan kode software sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
  4. Pengujian (Testing): Menguji sistem untuk memastikan bahwa semua fungsionalitas telah bekerja sesuai spesifikasi.
  5. Maintenance: Menangani perbaikan bug dan perubahan setelah sistem diterapkan.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan Waterfall Methodology:
Kelebihan Waterfall Methodology:

  1. Struktur yang Jelas dan Teratur. Memudahkan perencanaan dan manajemen proyek dengan jadwal yang dapat diprediksi.
  2. Dokumentasi Lengkap: Menyediakan dokumentasi yang lengkap dan detail pada setiap fase.
  3. Kontrol Terhadap Perubahan: Mengurangi resiko perubahan yang tidak terkendali dengan pengendalian yang ketat.
  4. Kesesuaian untuk Proyek Kecil hingga Menengah: Efisien untuk proyek yang tidak rumit dengan ruang lingkup yang jelas dan perubahan minimal.
  5. Mengurangi Resiko Scope Creep: Karena semua kebutuhan harus didefinisikan di awal, kemungkinan perubahan mendadak atau perluasan ruang lingkup bisa diminimalisir.

Kekurangan Waterfall Methodology:

  1. Kurang Fleksibel: Sulit menangani perubahan kebutuhan setelah fase desain dimulai. Tidak cocok untuk proyek kompleks dan dinamis, Jika teknologi atau kebutuhan bisnis cepat berubah, metode ini menjadi kaku dan lambat beradaptasi.
  2. Resiko Keterlambatan: Jika terjadi kesalahan atau perubahan pada fase awal, maka bisa menyebabkan keterlambatan ke fase berikutnya.
  3. Pengujian Terlambat: Pengujian dilakukan setelah implementasi, yang mungkin menyebabkan masalah yang tidak terdeteksi lebih awal.
  4. Tidak Ada Produk yang Bisa Digunakan di Tengah Proyek: Tidak seperti Agile, Waterfall tidak menghasilkan produk bertahap (incremental), dan baru ada hasil nyata di akhir pengembangan.
  5. Dokumentasi Berat: Menekankan dokumentasi di setiap tahap, yang bisa menyita waktu dan menurunkan kecepatan pengembangan.
  6. Tidak bisa membuat software yang lain sampai seluruh proses waterfall selesai.

Waterfall methodology terbatas pada proyek yang bersifat stabil, terdefinisi dengan baik, dan tidak banyak berubah. Untuk proyek yang adaptif, interaktif, dan inovatif, pendekatan Agile lebih efektif.

Waterfall methodology cocok digunakan jika:

  • Kebutuhan proyek sudah jelas dan tetap, spesifikasi tidak akan berubah sepanjang proyek.
  • Proyek yang sifatnya sederhana, atau pendek seperti migrasi data, sistem internal sederhana, aplikasi dengan scope terbatas.
  • Lingkungan terkontrol dan formal.
  • Pengguna tidak perlu banyak terlibat selama proyek, klien hanya ingin hasil akhir tanpa terlalu banyak revisi atau interaksi di tengah proses berjalan,
  • Waktu dan anggaran sudah tetap. Tidak ada ruang untuk improvisasi, cocok untuk proyek dengan kontrak tetap (fixed scope dan fixed price).

Agile Methodology cocok digunakan jika:

  • Kebutuhan masih bisa berubah.
  • Ingin mendapatkan feedback cepat dan berkala. Cocok jika klien ingin melihat proses terus menerus dan bisa ikut memberikan masukan setiap iterasi.
  • Proyek kompleks dan tidak sepenuhnya terdefinisi di awal.
  • Kolaborasi aktif antar tim dan stakeholder. Tim bekerja erat dengan klien dan pengguna selama proses pengembangan.
  • Perlu adaptasi cepat terhadap perubahan pasar, misalnya aplikasi yang harus mengikuti tren user behavior atau teknologi.
4.png

Memilih metodologi software development yang tepat adalah faktor kunci keberhasilan proyek, terutama di lingkungan software house yang dinamis seperti di Indonesia. Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk
semua proyek.
Memilih metode software development membutuhkan waktu untuk riset dan perencanaan jangka panjang.
Mengetahui kekuatan dan kekurangan tim akan membantu dalam menentukan metode apa yang paling cocok untuk digunakan.
Pilihlah metode yang cocok untuk cara kerja dan kemampuan tim Anda, kemudian mempersempit opsi yang ada dengan membandingkan model mana yang paling baik untuk diberikan kepada klien dalam proyek yang ingin dikerjakan.

Apabila Anda masih belum yakin sepenuhnya mengenai metode mana yang cocok untuk Anda pakai dalam proyek yang sedang Anda kerjakan, BTS.id hadir sebagai solusi.
BTS.id menyediakan layanan konsuktasi untuk kebutuhan proyek perusahaan Anda. BTS.id berisi tim dengan kombinasi skill teknis, komunikasi, dan kemampuan analisis bisnis yang mumpuni. BTS.id akan membantu Anda mengambil keputusan untuk proyek Anda kedepannya.
BTS.id merupakan salah satu software house di Bandung, dan terbaik di Indonesia yang telah banyak dipilih oleh perusahaan-perusahaan besar Indonesia untuk membuat dan mengembangkan custom software sesuai dengan dengan kebutuhan mereka. Hal ini menjadikan software house developer BTS.id sebagai Technology Partner terbaik untuk membantu Anda menemukan solusi bisnis yang tepat untuk perusahan Anda.

Tertarik untuk konsultasi mengenai perbedaan Agile dan Waterfall untuk proyek Anda? Hubungi tim BTS.id sekarang juga !